Teman-teman, pada kisah inspiratif islami kali ini kita akan mengenal salah satu sahabat Rosulullah dan juga muadzin.Tahukan kalian salah satu muadzin (orang yang adzan) Rosulullah...ya tentunya kalian ingat beliau adalah Abdulloh Ibnu Maktum, sebagian
orang hanya mengetahui bahwa rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam hanya
memiliki satu orang muadzin, yaitu bilal bin rabah radhiallahu
‘anhu.
padahal tidak hanya bilal yang menjadi muadzin rasulullah, ada nama
lain yaitu abdullah bin ummi maktum radhiallahu
‘anhu.
ketika kita sodorkan nama abdullah bin ummi maktum, sebagian orang
mungkin merasa asing, bahkan di antara mereka baru mendengar seorang
sahabat yang bernama abdullah bin ummi maktum.
kedua
muadzin rasulullah ini, bilal bin rabah dan abdullah bin ummi
maktum radhiallahu
‘anhuma,
memiliki waktu khusus untuk mengumandangkan adzan. bilal bin rabah
diperintahkan adzan pada waktu shalat tahajud –yang saat ini
termasuk sunnah nabi yang sudah jarang kita temui-, sedangkan
abdullah bin ummi maktum adzan pada saat datangnya waktu shalat
subuh.
latar
belakang
abdullah
bin ummi maktum adalah salah seorang sahabat senior rasulullah,
beliau termasuk di antara as-sabiquna-l
awwalun (orang-orang
yang pertama memeluk islam). ada yang mengatakan nama beliau adalah
umar, ada juga yang menyebut amr, kemudian rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menggantinya
dengan nama abdullah.
orang-orang
madinah mengenalnya dengan nama abdullah, sedangkan orang-orang irak
menyebutnya amr. namun keduanya sepakat bahwa nasabnya adalah ibnu
qays bin za-idah bin al-usham. abdullah memiliki kedekatan nasab
dengan ummul mukminin khadijahradhiallahu
‘anha.
ibu dari khadijah adalah saudaranya qays bin za-idah, ayah dari
abdullah.
abdullah
bin ummi maktum memiliki kekurangan fisik berupa kebutaan (tuna
netra). rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya
kepadanya, “sejak kapan, engkau kehilangan penglihatan?” ia
menjawab, “sejak kecil.” maka rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
قال
الله تبارك وتعالى:
إذا
ما أخذتُ كريمة عبدي لم أجِدْ له بها جزاءً
إلا الجنة
“Allah tabaraka
wa ta’ala berfirman,
‘jika aku mengambil penglihatan hamba-ku, maka tidak ada balasan
yang lebih pantas kecuali surga.”
saat
allah memerintahkan rasul-nya dan kaum muslimin untuk hijrah ke
madinah, maka abdullah bin ummi maktum menjadi orang yang
pertama-tama menyambut seruan allah dan rasul-nya tersebut. walaupun
ia memiliki kekurangan fisik, jarak antara mekah dan madinah yang
jauh, sekitar 490 km, ancaman dari orang-orang quraisy, belum lagi
bahaya dalam perjalanan, semua itu tidak menghalanginya untuk
memenuhi perintah allah dan rasul-nya.
keistimewaan
abdullah bin ummi maktum
selain
memiliki keistimewaan sebagai seorang muadzin rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
abdullah bin ummi maktum juga merupakan orang kepercayaan
nabishallallahu
‘alaihi wa sallam.
saat rasulullah melakukan safar berangkat ke medan perang, beliau
selalu mengankat abdullah bin ummi maktum menjadi wali kota madinah
menggantikan beliau yang sedang bersafar. setidaknya 13 kali
rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengangkatnya
sebagai wali kota sementara di kota madinah.
keistimewaan
lainnya adalah Allah ta’ala menjadi
saksi bahwa abdullah bin ummi maktum adalah seseorang yang sangat
mencintai alquran dan sunnah nabi-nya. rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam pernah
mendapat teguran dari allah ta’ala lantaran
mengedepankan para pembesar quraisy daripada abdullah bin ummi
maktum. bukan karena tidak menghormati abdullah bin ummi maktum, akan
tetapi beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berharap
kemaslahatan yang lebih besar –dalam pandangan beliau- apabila para
pembesar quraisy ini memeluk islam, namun ternyata hal itu tidak
tepat di sisi Allah dan Allah langsung meluruskan dan membimbing
nabi-nya shallallahu
‘alaihi wa sallam.
kisahnya
adalah sebagai berikut:
pada
masa permulaan dakwah islam di mekah, rasulullah sering mengadakan
dialog dengan para pembesar quraisy, dengan harapan agar mereka mau
menerima islam. suatu kali beliau bertatap muka dengan utbah bin
rabiah, syaibah bin rabi’ah, amr bin hisyam atau lebih dikenal
dengan abu jahal, umayyah bin khalaf dan walid bin mughirah, ayah
khalid bin walid.
rasulullah
berdiskusi dengan mereka tentang islam. beliau sangat ingin mereka
menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat
beliau.
sementara
beliau berunding dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba abdullah bin ummi
maktum datang ‘mengganggu’ minta dibacakan kepadanya ayat-ayat
alquran.
abdullah
mengatakan, “wahai rasulullah, ajarkanlah kepadaku ayat-ayat yang
telah diajarkan Allah kepada anda.”
rasul
yang mulia tidak memperdulikan permintaan abdullah bin ummi maktum.
beliau agak acuh kepada perkataan abdullah itu. lalu beliau
membelakangi abdullah dan melanjutkan pembicaraan dengan pembesar
quraisy tersebut. rasulullah berharap, mudah-mudahan dengan islamnya
mereka, islam tambah kuat dan dakwah bertambah lancar.
selesai
berbicara dengan mereka, rasulullah bermaksud hendak pulang. tetapi
tiba-tiba penglihatan beliau gelap dan kepala beliau terasa sakit
seperti kena pukul. kemudian Allah mewahyukan firman-nya kepada
beliau,
عَبَسَ
وَتَوَلَّىٰ [1]
أَنْ
جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ [2]
وَمَا
يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ [3]
أَوْ
يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ
[4]
أَمَّا
مَنِ اسْتَغْنَىٰ [5]
فَأَنْتَ
لَهُ تَصَدَّىٰ [6]
وَمَا
عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ [7]
وَأَمَّا
مَنْ جَاءَكَ يَسْعَىٰ [8]
وَهُوَ
يَخْشَىٰ [9]
فَأَنْتَ
عَنْهُ تَلَهَّىٰ [10]
كَلَّا
إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ [11]
فَمَنْ
شَاءَ ذَكَرَهُ [12]
فِي
صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ [13]
مَرْفُوعَةٍ
مُطَهَّرَةٍ [14]
بِأَيْدِي
سَفَرَةٍ [15]
كِرَامٍ
بَرَرَةٍ [16]
“dia
( muhammad ) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta dating
kepadanya, tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya
(dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran
itu memberi manfaat kepadanya? adapun orang yang merasa dirinya serba
cukup, maka kamu melayaninya. padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau
mereka tidak membersihkan diri (beriman). adapun orang yang dating
kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia
takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. sekali kali jangan
(begitu)! sesungguhnya ajaran allah itu suatu peringatan. maka siapa
yanag menghendaki tentulah ia memperhatikannya. (ajaran ajaran itu)
terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi
disucikan, di tangan para utusan yang mulia lagi (senantiasa)
berbakti.” (qs. 80 : 1 – 16).
enam
belas ayat itulah yang disampaikan jibril al-amin ke dalam hati
rasulullah sehubungan dengan peristiwa abdullah bin ummi maktum, yang
senantiasa dibaca sejak diturunkan sampai sekarang, dan akan terus
dibaca sampai hari kiamat.
sejak
hari itu rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam semakin
memuliakan abdullah bin ummi maktum.
kisah syahidnya
sang muadzin
pada
tahun 14 h, amirul mukminin umar bin khattab mengadakan konfrontasi
dengan kerajaan persia. beliauradhiallahu
‘anhu menulis
surat kepada para gubernurnya dengan mengatakan, “jangan ada
seorang pun yang ketinggalan dari orang-orang yang memiliki senjata,
orang yang mempunyai kuda, atau yang berani, atau yang berpikiran
tajam, melainkan hadapkan semuanya kepadaku sesegera mungkin!” lalu
berkumpullah kaum muslimin, tergabung dalam pasukan besar yang
dipimpin oleh sahabat yang mulia, saad bin abi waqqash. di antara
pasukan tersebut terdapat abdullah bin ummi maktum.
abdullah
bin ummi maktum masuk ke dalam pasukan perang qadisiyah dengan
mengenakan baju besinya, tampil gagah, dan bertugas memegang panji
bendera islam. tidak membuatnya gentar suara di medan perang yang
menderu, dentingan tebasan pedang, ataupun desiran anak panah yang
melesat. baginya amirul mukminin telah membuka kesempatan bagi semua
orang dalam jihad ini, ia pun tak mau melewatkan peluang berjihad di
jalan Allah, walaupun bahaya sebagai seorang tuna netra lebih
berlipat ganda.
perang
yang hebat pun berkecamuk, hingga sampailah pada hari ketiga, baru
kaum muslimin berhasil mengalahkan pasukan negara adidaya persia.
kemenangan tersebut menjadi kemenangan terbesar dalam sejarah
peperangan islam sampai saat itu. namun kemenangan tersebut juga
harus dibayar dengan gugurnya para syuhada, para pahlawan islam, di
antara mereka adalah sahabat dan muadzin rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam abdullah
bin ummi maktum radhiallahu
‘anhu.
jasadnya ditemukan terkapar di medan perang sambil memeluk bendera
yang diamanatkan kepadanya untuk dijaga.
akhirnya
sang muadzin pulang ke rahmatullah, gugur sebagai pahlawan memerangi
bangsa majusi persia. semoga Allah ta’ala menerima
amalan-amalan abdullah bin ummi maktum dan memasukkan kita dan beliau
ke dalam surga Allah.
Demikian kisah islami tentang keteguhan dan keimanan seorang sahabat, semoga menjadi teladan bagi anak-anak islam.
sumber:
islamstory.com dll.
oleh
nurfitri hadi