Anak-anak islam yang dicintai Allah...dalam kesempatan ini majalah anak islam "anak sholih" akan berbagi kisah islami tentang kisah peletakkan hajar aswad. Nah yuuk kita simak kisahnya.
Ketika Rasulullah berusia tiga puluh lima tahun, beliau belum
diangkat oleh Allah sebagai seorang nabi. Waktu itu kota Makkah dilanda banjir
besar yang meluap sampai ke Masjidil Haram. Orang-orang Quraisy menjadi
khawatir banjir ini akan dapat meruntuhkan Ka’bah.
Selain itu, bangunan Ka’bah dulunya belumlah beratap. Tingginya pun
hanya sembilan hasta. Ini menyebabkan orang begitu mudah untuk memanjatnya dan
mencuri barang-barang berharga yang ada di dalamnya.
Oleh karena itu bangsa Quraisy akhirnya sepakat untuk memperbaiki
bangunan Ka’bah tersebut dengan terlebih dahulu merobohkannya.
Rasulullah sendiri ikut bersama-sama yang lain membangun kabah.
Beliau bergabung bersama paman beliau Abbas radhiyallahu ‘anhu. Ketika beliau
mengambil batu-batu, Abbas menyarankan kepada beliau untuk mengangkat jubah
beliau hingga di atas lutut. Namun Allah menakdirkan agar aurat beliau
senantiasa tertutup, sehingga belum sempat beliau mengangkat jubahnya, beliau
jatuh terjerembab ke tanah.
Beliau kemudian memandang ke atas langit sambil berkata, “Ini
gara-gara jubahku, ini gara-gara jubahku”. Setelah itu aurat beliau tidaklah
pernah terlihat lagi.
Peletakan Hajar Aswad
Sebelum kita lanjutkan kisah ini, tahukah kalian apa itu hajar aswad?
Peletakan Hajar Aswad
Sebelum kita lanjutkan kisah ini, tahukah kalian apa itu hajar aswad?
Hajar Aswad adalah sebuah batu yang diturunkan oleh Allah subhanahu
wa ta’ala dari surga. Dulu batu itu berwarna putih, namun karena dosa-dosa anak
Adam, maka batu itu pun berubah menjadi berwarna hitam.
Nah, ketika pembangunan sudah sampai ke bagian Hajar Aswad, bangsa
Quraisy berselisih tentang siapa yang mendapatkan kehormatan untuk meletakkan
Hajar Aswad ke tempatnya semula. Mereka berselisih sampai empat atau lima hari.
Perselisihan ini bahkan hampir menyebabkan pertumpahan darah.
Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi kemudian memberikan saran
kepada mereka agar menyerahkan keputusan kepada orang yang pertama kali lewat
pintu masjid. Bangsa Quraisy pun menyetujui ide ini.
Allah subhanahu wa ta’ala kemudian menakdirkan bahwa orang yang
pertama kali lewat pintu masjid adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Orang-orang Quraisy pun ridha dengan diri beliau sebagai penentu keputusan
dalam permasalahan tersebut.
Rasulullah pun kemudian menyarankan suatu jalan keluar yang
sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka. Bagaimana jalan keluarnya?
Beliau mengambil selembar selendang. Kemudian Hajar Aswad itu
diletakkan di tengah-tengan selendang tersebut. Beliau lalu meminta seluruh
pemuka kabilah yang berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang itu. Mereka
kemudian mengangkat Hajar Aswad itu bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-lah yang kemudian meletakkan Hajar
Aswad tersebut.
Ini
merupakan jalan keluar yang terbaik. Seluruh kabilah setuju dan meridhai jalan
keluar ini. Mereka pun tidak jadi saling menumpahkan darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar