“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan TuhanMu lah
yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantara kalam, Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-Alaq 1-5).
Surat Al-Alaq ayat 1-5 ini mengingatkan penulis
dengan sebuah proses memperoleh
informasi yang dalam pandangan Psikologi Pendidikan disebut dengan gaya
belajar. Gaya
belajar itu terdiri dari 3 jenis,
menurut modalitasnya yaitu visual, audio dan kinestetik.
Suatu hari penulis bertemu dengan seorang teman,
karena sudah lama tak berjumpa kami mengobrol hingga pada satu topik pembicaraan
mengenai anak sulungnya. Dia
bercerita bahwa anak sulungnya sangat sulit belajar dengan cara duduk manis,
bahkan dengan kartu kosa kata pun anaknya tersebut nampak tidak tertarik. Lalu bagaimana sikap
orangtua dan pendidik jika dihadapkan dengan kasus-kasus serupa tersebut? Dan apakah bentuk gaya belajar
anak didik kita?.
Menurut Deporter dan Hernacki (2002) gaya belajar
adalah kombinasi dari menyerap, dan mengolah informasi. Jika dikaitkan dengan permasalahan di atas, maka
pertanyaan yang bisa lahir adalah: bagaimana
seorang anak dapat menyerap dan mengolah informasi dengan baik, di sekolah
maupun di rumah.
Langkah
pertama yang perlu diketahui orangtua atau pendidik ialah tipe atau gaya
belajar setiap anak yang unik dan berbeda. Setiap anak dengan anak yang lain
tidak sama. Mereka mempunyai
kesukaan dan kebiasaan serta zona aman yang berbeda. Ada anak yang dapat
belajar dengan duduk manis sambil memperhatikan gurunya, ada juga anak yang
belajar sambil menggerak-gerakkan kakinya dan bahkan ada anak yang bisa belajar
sambil mengerjakan hal lainnya dalam waktu bersamaan.
Pada dasarnya Al-Quran sudah lebih dulu menjelaskan
tentang gaya belajar ini. Seperti
pada Surat Al-Alaq 1-5
tersebut di atas, dimana ayat dalam surat tersebut menjelaskan tentang gaya
belajar visual.
Gaya belajar visual sendiri ialah cara memperoleh
informasi dengan menitik beratkan pada ketajaman penglihatan. Artinya bukti-bukti
konkret harus diperlihatkan agar mereka faham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan
penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian baru bisa mempercayainya.
Selanjutnya, bagaimanakah cara dan langkah untuk
menentukan atau mengetahui masing-masing gaya belajar setiap anak?. Langkah-langkah tersebut
antara lain adalah:
- Perhatikan Kebiasaan Anak
Setiap anak mempunyai kebiasaan dan kesukaan yang
berbeda ketika belajar bersama orangtuanya.
Kita sebagai orangtua dianjurkan memperhatikan kebiasaan
anak ketika belajar. Kebiasaan apakah
yang sering dilakukannya dan kebiasaan manakah yang memudahkannya
untuk menerima informasi dengan baik. Contoh:
jika seorang anak sulit memahami
ucapan dan dia mudah menangkap pelajaran jika
belajar dengan menggunakan
alat peraga, maka belajar dengan menggunakan alat peraga berupa
puzzle akan sangat bermanfaat.
- Sediakan stimulus
Kita tidak akan pernah mengetahui bentuk gaya
belajar anak tanpa kita sediakan
stimulus di hadapannya. Stimulus
tersebut bisa berupa alat peraga,
atau kita sendiri sebagai pendidik yang
menjadi stimulusnya.
- Evaluasi
Setelah kita mengobservasi dan memberikan stimulus
kepada anak, maka
selanjutnya kita harus memberikan evaluasi
terutama dalam hasil belajarnya. Dari hal
itu, dapat kita simpulkan gaya belajar yang
muncul dan menonjol pada anak.
Gaya belajar itu hanya sebagai metode untuk memperoleh informasi, dengan tujuan agar
proses belajar dapat terlaksana dengan baik. Wallahu Ta’ala A’alam.